Beritajabodetabek, Jakarta – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Mengungkapkan keinginannya atau bisa dibilang berambisi membanjiri pasar luar negeri dengan baja dari Indonesia. Kalimat beliau dilontarkan seusai melepas ekspor struktur baja dan pelat baja dari pabrik baja PT Gunung Raja Paksi (GGRP) Tbk ke New Zealand (Selandia Baru).
“Mohon manfaatkan berbagai perdagangan dagang yang Indonesia miliki dengan berbagai negara di dunia, khususnya untuk ekspor ke negara tetangga terdekat seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, Swiss, Norwegia, Pakistan, Chile, Mozambique, UAE, negara-negara ASEAN, serta anggota RCEP. Dari negara-negara yang saya sebutkan tersebut, semuanya telah memberikan perlakukan istimewa dalam bentuk tarif, sehingga peluang masuk ke pasar tersebut lebih lebar,” kata Zulhas di Bekasi, Selasa (26/7).
Menurut Zulkifli Hasan (Zulhas), pemerintah telah memberikan banyak kemudahan bagi produsen nasional, khususnya akses untuk menjalin kerja sama perdagangan dengan negara lain agar penjualan nasional ke luar negeri (ekspor) bisa lebih mudah. Tentunya kemudahan tersebut memiliki syarat penting yaitu kualitas baja lokal harus memiliki kualitas tinggi sehingga produk baja tersebut dapat bersaing dengan baja luar negeri.
Baca Juga : GRP Pabrik Baja Swasta Terbesar di Indonesia
Ambisi yang ditunjukkan oleh Zulhas semata-mata karena merasa gelisah perihal persoalan pasar baja nasional yang tak kunjung usai. Pasalnya, di dalam negeri ini pasar kita justru banyak digempur oleh baja impor dari China yang sering kali membuat baja lokal tak terlalu mencolok di negeri sendiri.
Pertanyaannya adalah, Mampukah Indonesia membanjiri pasar luar negeri dengan baja buatan lokal? Lalu bagaimana tren impor dan ekspor impor baja di Indonesia?
Ekspor Besi dan Baja Indonesia
Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik), dalam jangka waktu lima tahun terakhir ekspor besi dan baja Indonesia kode HS 27 terus meningkat
Dengan China sebagai negara tujuan ekspor yang konsisten menduduki urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor besi dan baja Indonesia. Pada tahun 2017, dari total 4,36 juta ton ekspor besi dan baja Indonesia, ekspor ke China sendiri mencapai 1,6 juta ton. Lalu pada tahun 2018, ekspor ke China mengalami peningkatan hingga 1,73 juta ton.
Kenaikan jumlah ekspor besi dan baja ke China terus menerus berlangsung hingga pada tahun 2021 jumlah total besi dan baja yang di ekspor ke negara tersebut mencapai 7,5 juta ton dengan nilai perdagangan mendekati 12,8 miliar USD.
Khusus untuk realisasi pada tahun 2021, urutan kedua negara tujuan dari ekspor besi dan baja Indonesia ditempati oleh Taiwan yaitu 1,7 juta ton dengan nilai perdagangan senilai 2,7 miliar USD, selanjutnya ditempati Malaysia yaitu 611,1 ribu ton dengan nilai 745 juta USD, Korea selatan 513 ribu ton dengan nilai 572 juta USD lalu India yaitu 457 ribu ton dengan nilai 1 miliar USD.
Dengan dilepasnya ekspor ke negara Selandia Baru kemarin oleh PT Gunung Raja Paksi (GGRP) pemerintah khususnya Mendag Zulkifli Hasan berharap kegiatan ekspor besi dan baja Indonesia dapat meluas hingga dapat menjadi pilihan utama negara lain untuk mengimpor produk besi dan baja yang berasal dari Indonesia.
Impor Besi dan Baja RI
Masih berdasarkan data BPS dalam lima tahun terakhir (2017-2021), impor baja juga menunjukkan tren naik. Bahkan dari sisi volume, lebih besar daripada ekspor Indonesia ke luar negeri.
Dari lima tahun terakhir, impor besi dan baja Indonesia sempta mengalami penurunan pada 2020 karena merebaknya kasus COVID-19.
Sementara untuk negara yang paling banyak membanjiri pasar impor besi dan baja Indonesia ada Jepang, China, hingga Singapura. Berikut datanya.