Beritajabodetabek, Jakarta – Keberhasilan PT Gunung Raja Paksi( GRP) mendapatkan sertifikasi Proper Biru jadi fakta komitmen industri baja nasional tersebut terhadap lingkungan. Sertifikasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut, merupakan kesepuluh berturut-turut.
“Ya, kesepuluh berturut-turut. Proper Biru ini menjadi bukti komitmen kepedulian kami terhadap lingkungan.” Ujar Presiden Direktur PT GRP Abednedju Giovano Warani Sangkaeng dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (28/5/2021).
Menurut Sangkaeng, dalam aspek penilaian Proper meliputi tiga hal. Pertama, sistem pengelolaan lingkungan hidup. Kedua, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam. Dan ketiga, pengembangan masyarakat (community development).
“Ketiga aspek tersebut mencerminkan pembangunan berkelanjutan. Dan sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan pengembangan masyarakat, GRP memang memperhatikan ketiga aspek tersebut,” ungkap Sangkaeng.
Sangkaeng memberikan beberapa contoh. Menurutnya, hampir seluruh roda bisnis GRP mengacu pada kriteria ramah lingkungan. Termasuk juga penggunaan energi hijau dan penerapan sistem manajemen risiko yang efektif dalam pengelolaan resiko lingkungan.
Sangkaeng menambahkan, dalam kepesertaan Proper, GRP harus memenuhi beberapa persyaratan utama. Di antaranya, memenuhi kepatuhan Regulasi Pengelolaan Lingkungan, misalnya izin-izin lingkungan.
Selain itu, harus memenuhi Komitmen Dokumen Lingkungan AMDAL/UKL UPL.
“Begitu pula dengan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan perusahaan dan pengelolaan air limbah, semua menjadi persyaratan yang harus dipenuhi.” ujarnya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengapresiasi perusahaan yang peduli lingkungan. Termasuk PT GRP meraih sertifikasi Proper Biru sepuluh kali berturut-turut.
Baca Juga : Kualitas Baja Terbaik GRP
Bhima menilai, potensi bisnis perusahaan yang peduli lingkungan. Dianggap satu hingga dua langkah ‘di depan’ dibandingkan perusahaan yang belum aware terhadap pengelolaan lingkungan.
“Saat ini, mungkin bisa saja terlihat buang-buang duit (dengan lebih peduli terhadap lingkungan). Tapi pada dasarnya, mereka menang satu-dua langkah di depan. Ketika nanti isu lingkungan semakin jadi pertimbangan, mereka sudah lebih dulu unggul,” ungkap Bhima.
Menurut Bhima, persoalan lingkungan saat ini penting dan tidak dapat dipandang sebelah mata. Terlebih saat pandemi Covid -19, concern masyarakat dunia terhadap isu lingkungan menjadi terdongkrak signifikan.
“Investor saat ini lebih mengarah ke penerapan sistem bisnis yang green economy. Dulu mungkin isu ini belum banyak diperhatikan. Tapi di level global, investor-investor internasional kini lebih aware soal environmental, social, and governance (ESG). Jadi terpenuhinya syarat-syarat lingkungan juga penting untuk mencari investor,” papar Bhima.
Dapatkan informasi terbaru lain nya hanya di BeritaJabodetabek atau bisa dengan klik disini