Beritajabodetabek, Jakarta – Militan di Palestina atau yang dikenal sebagai Hamas, meluncurkan beberapa serangan ke wilayah Israel pada akhir pekan lalu. Tak lama setelah serangan itu, pasukan milisi di Lebanon, Hizbullah, melakukan penyerangan ke pasukan Zionis.
Hingga hari ini pun, Israel – Hamas serta Israel – Hizbullah masih saling berseteru dengan bertukar serangan ke wilayah masing-masing.
Lalu pada hari Selasa (10/10), Pasukan Pertahanan Israel (IDF, Israel Defense Force) mengklaim bahwa mereka menerima serangan roket yang berasal dari wilayah Suriah. Tentunya IDF tidak tinggal diam, IDF pun membalas serangan ke wilayah Suriah.
Kelompok Bersenjata Irak dan Yaman juga mengancam akan menyerang pangkalan militer milik Amerika Serikat di kedua negara itu jika mereka terlibat sedikit saja di perang Israel-Hamas.
Di tengah panasnya peperangan dari berbagai front, apakah ada kemungkinan perang akan meluas?
Menurut pengamatan dari seorang pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Riau Fahmi Salsabila mengatakan bahwa perang bisa saja meluas dari berbagai aspek.
“Perang bisa saja meluas, Hizbullah merupakan proksi dari Iran, Suriah pun didukung oleh Rusia. Sekutu dari Rusia yaitu Chechnya siap membantu kapanpun dibutuhkan untuk Palestina,” ujar Fahmi ketika dihubungi oleh CNNIndonesia.com, Kamis (12/10).
Dilain fraksi atau front, Amerika Serikat, Inggris dan juga Prancis juga disebut siap membantu pihak Israel.
AS bahkan sudah mengirim bantuan berupa kapal induk USS Gerald R Ford dan juga ribuan personel siap tempur ke Laut Mediterania.
Hal yang akan menjadi pemicu adalah jika Israel tidak menghentikan serangan mereka ke Palestina atau lebih tepatnya ke Gaza, simpati dunia pun akan semakin meluas. Lalu negara-negara yang mendukung pihak Palestina tak akan mungkin tinggal diam.
Meski skala perang akan lebih besar, tetapi tak akan sebesar perang Arab-Israel pada 1948 atau pada 1967, demikian menurut Fahmi.
“Ini karena negara-negara Arab Teluk sudah ada hubungan diplomatik dengan Israel,” ucap dia.
Peneliti dari Institut Negara Teluk Arab, Hussein Ibish, juga punya pandangan serupa.
“Ini bisa dengan mudah jadi tak terkendali. Semuanya sudah bersiap untuk serangkaian serangan yang berujung serangan Israel ke Iran,” kata Ibish, dikutip Washington Post.
Dapatkan berita terbaru dan terupdate di google news hanya disini