Beritajabodetabek, Jakarta – Google Doodle merayakan ulang tahun ke-83 penulis Indonesia Sapardi Djoko Damono dengan menampilkan gambar kartun sang penyair dengan pakaian khasnya berupa kacamata bulat, peci, dan jaket tanpa kancing. Doodle itu juga menampilkan tetesan air hujan yang jatuh di tengah hutan, dengan Sapardi membawa payung besar berwarna krem. Latarnya terinspirasi dari salah satu karyanya yang terkenal, “Hujan Bulan Juni”.
Doodle dibuat untuk menghormati penyair yang dikenal karena merevolusi kancah puisi liris di Indonesia. Sapardi lahir pada 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah, dan menghabiskan sebagian besar masa kecilnya dengan membaca buku di perpustakaan. Ia mulai menulis puisi saat duduk di bangku SMA di Surakarta dan kemudian belajar sastra Indonesia di tingkat pascasarjana setelah mendapat gelar sarjana bahasa Inggris dari Universitas Gajah Mada.
Setelah bekerja sebagai penyiar radio dan asisten teater, Sapardi mulai menekuni puisinya dengan lebih serius. Pada tahun 1969, ia menerbitkan kumpulan puisi pertamanya, “DukaMu Abadi”, yang berfokus pada kondisi kemanusiaan, tidak seperti banyak penyair lain di Indonesia yang merefleksikan gagasan dan cita-cita masyarakat. Buku itu sukses, dan hasilnya, Sapardi diangkat sebagai guru besar sastra di Universitas Indonesia.
Sapardi melanjutkan untuk menulis tiga kumpulan puisi lagi dengan gayanya yang sederhana dan introspektif sebelum menerima Penghargaan Penulis Asia Tenggara yang disponsori oleh ASEAN pada tahun 1986. Ia juga mendirikan Ikatan Cendekiawan Sastra Indonesia untuk mempromosikan seni di seluruh negeri dan menjabat sebagai ketua selama tiga tahun. istilah berturut-turut. Sapardi juga menerjemahkan karya sastra dari seluruh dunia ke dalam bahasa Indonesia, dengan salah satu terjemahannya yang paling terkenal adalah “The Old Man and the Sea” karya Ernest Hemingway.
Pada tahun 1994, Sapardi menerbitkan salah satu karya monumentalnya, “Hujan Bulan Juni”, kumpulan puisi terbaiknya. Karya tersebut menginspirasi beberapa musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa. Sapardi juga mendapatkan beberapa penghargaan bergengsi, antara lain Achmad Bakrie Award bidang Sastra pada tahun 2003 dan Jakarta Academy Award pada tahun 2012.
Meski beberapa kali dirawat di rumah sakit karena kesehatannya yang menurun, karya-karya Sapardi tetap tak lekang oleh waktu, puisinya dibacakan, dimusik, bahkan diadaptasi menjadi film. Ia meninggal dunia pada 19 Juli 2020, pada usia 80 tahun di BSD, Tangerang Selatan, meninggalkan warisan yang kaya yang akan terus menginspirasi generasi penulis dan penyair masa depan di Indonesia dan sekitarnya.