GRP Gandeng PwC Untuk Tingkatkan Efisiensi & Transparansi Bisnis
Produsen baja nasional PT Gunung Raja Paksi Tbk menunjuk PricewaterhouseCoopers (PwC) sebagai konsultan jasa profesional.Langkah ini dilakukan untuk perbaikan atas proses bisnis perusahaan. Sehingga dapat meningkatkan daya saing serta akuntabilitas kepada stakeholders.
Yuliana Sudjonno (Risk Assurance Partner, PwC) mengatakan, pemberian jasa profesional dalam kurun waktu 9 bulan. Hingga saat ini menitik beratkan pada implementasi pengendalian internal perusahaan. Sehingga diharapkan GRP dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam menjalankan bisnisnya.
Baca Juga : GRP Perkuat Good Governance Bersama PWC
Peningkatan penerapan pengendalian internal pada GRP, menurut Yuliana, ditargetkan dilakukan secara bertahap. Proses bisnis akan semakin efisien dengan menghilangkan non-value-added activities dan meningkatkan penggunaan teknologi. selain itu juga pemanfaatan data yang lebih baik guna melakukan analisa dan membuat keputusan bisnis. Transformasi ini tidak mudah dan biasanya dimulai dengan melakukan profesionalisasi di perusahaan keluarga.
Dengan pengalaman GRP dalam melakukan transformasi ini. Kimin Tanoto sebagai komisaris PT Gunung Raja Paksi Tbk diundang menjadi narasumber seminar online PwC NextGen Club Indonesia. Seminar yang bertemakan “Preparing for a stronger business in the new norm – your role as NextGen.” bersama dengan beberapa narasumber lainnya dari negara tetangga.
Dalam diskusi seminar online tersebut, Kimin mengatakan. “Perjalanan transformasi dari segi perusahaan dan keluarga terutama dalam mempersiapkan masa transisi kepemimpinan tidak mudah. Tetapi dengan konsistensi dan perangkat family governance yang terus disempurnakan, perjalanan akan semakin menjadi baik.”
Salah satunya adalah terus melakukan ekspansi meski dalam masa pandemi Covid -19.
GRP, lanjut Kimin, justru melihat bahwa saat ini merupakan waktu yang baik dalam melakukan perbaikan dan investasi.
“Sebagai perusahaan terbuka. GRP group harus terus melakukan investasi digital, ekspansi perluasan kapasitas pabrik, dan merekrut para profesional. Proses transformasi telah dimulai sebelum COVID 19 ada dan akibatnya perbaikan tersebut dirasakan manfaatnya pada saat ini.” ujar Kimin, seperti termuat dalam rilisnya Kamis (3/9/2020).
Baca Juga : Perusahaan ini jebol pasar ekspor ke New Zealand
Kimin juga mengakui, tidak mudah melakukan perubahan. Termasuk pada saat penerapan digitalisasi, rintangan yang cukup besar, menurutnya, adalah penolakan untuk berubah.
“Saya pikir sebagian besar konsultan akan setuju bahwa tantangan terbesar untuk digitalisasi adalah manajemen perubahan. Karena setiap perubahan adalah penting. Setelah membuat perubahan, Anda perlu memiliki orang-orang yang percaya pada perubahan tersebut dengan didukung oleh mayoritas pemangku kepentingan. Sehingga penerapannya akan jauh lebih mudah,” ucapnya.