Wanti-wanti Anies Agar Gelombang COVID Ketiga Tak Terjadi

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berbicara terkait kasus aktif, kasus baru dan laju penularan di DKI Jakarta menurun dalam kurun kurang lebih sebulan sejak puncak COVID-19. Anies mewanti-wanti masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan agar tidak membuka peluang terjadinya gelombang ketiga.
Awalnya Anies mengatakan kurva kasus aktif corona di DKI Jakarta menurun dalam sebulan sejak puncak corona. Anies juga memaparkan data keterisian rumah sakit yang berkurang sehingga ruang rawat diberikan lagi kepada pasien non-COVID-19.

Anies berharap semua pihak menjaga dan tetap bekerja keras agar tidak terjadi lagi peningkatan kasus COVID-19. Anies pun berbicara mengenai kemenangan di depan mata sudah dekat, namun dia mewanti-wanti agar masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan, tetap membatasi mobilitas, tidak beraktivitas sebebas-bebasnya, dan jangan membuka ruang munculnya gelombang berikutnya.
Berikut poin-poin pernyataannya.

Kurva Kasus Aktif COVID-19 DKI Jakarta Turun di Bawah 10 Ribu
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan kasus aktif COVID-19 di Ibu Kota mengalami penurunan. Dia menyebut saat ini angka kasus aktif berada di bawah 10 ribu.
“Kasus aktif di Jakarta per 12 Agustus telah turun di bawah angka 10 ribu kasus. Kasus aktif ini adalah jumlah orang yang positif yang masih dirawat di rumah sakit atau masih melakukan isolasi mandiri,” kata Anies dalam siaran
Anies mengatakan angka kasus aktif COVID-19 mencapai di bawah 10 ribu di Jakarta pernah terjadi pada 22 Mei lalu, kemudian kembali meningkat hingga mencapai puncaknya pada 16 Juli sebanyak 113.137 kasus aktif. Pada saat itu, kata Anies, rumah sakit sampai mendirikan tenda karena ruang perawatan hingga Unit Gawat Darurat (UGD) penuh.

“Terakhir kali kasus aktif kita di bawah 10 ribu adalah pada 22 Mei atau 2,5 bulan lalu. Selama hampir dua bulan sejak itu, kasus aktif kita naik secara eksponensial sehingga mencapai puncaknya pada 16 Juli, yaitu 113.137 kasus aktif,” ujarnya.
“Pada saat puncak itu tercapai, seluruh kamar rumah sakit di Jakarta penuh. Bukan hanya ICU, bukan hanya kamar rawat inap, tapi antrean masuk UGD pun panjang meluber ke selasar-selasar, bahkan kita bangun tenda-tenda darurat,” sambungnya.
Anies menuturkan penurunan angka kasus aktif biasanya lebih lama dibanding dengan peningkatan kasus. Namun dia menyampaikan penurunan kasus kali ini berhasil dicapai selama kurun waktu satu bulan dari puncak gelombang kedua COVID-19.

“Umumnya menurunkan kurva itu perlu waktu lebih lama daripada kenaikannya. Naiknya cepat, turunnya biasanya perlu waktu. Namun alhamdulillah, atas izin Allah, berkat kerja keras banyak pihak, dukungan kedisiplinan dari begitu banyak warga Jakarta, kita semua berhasil menurunkan kurva kasus aktif itu kembali di bawah 10 ribu dalam waktu kurang dari satu bulan sejak puncak gelombang kedua,” tuturnya.
Anies mengibaratkan penanganan kasus aktif COVID-19 seperti sedang menambal atap rumah yang bocor saat hujan lebat. Sebesar apa pun ember yang disediakan untuk menampung air yang bocor, menurutnya, tidak akan pernah muat untuk menampung air yang turun selama atap yang bocor belum ditambal.

“Nah, kasus aktif ini bisa turun signifikan karena kita bisa menekan penambahan kasus baru. Ingat, analogi yang sering saya sampaikan, menambal atap bocor di kala hujan lebat. Di saat hujan lebat dan atap bocor, maka menaruh ember, menaruh baskom, di bawah untuk menampung air yang menetes adalah perumpamaan bagi usaha kita memperbesar kapasitas fasilitas rumah sakit yang merawat COVID, ini yang kita lakukan,” ucapnya.
“Tapi apabila atap bocornya tidak ditambal, air akan terus-menerus turun, dan sebesar apa pun ember yang kita siapkan, akan selalu luber karena itu menutup atap yang bocor adalah ikhtiar penting. Nah, perumpamaan ini adalah sama dengan menghentikan penularan baru dengan cara membatasi mobilitas,” lanjutnya.

Anies: Pandemi di DKI Melandai, tapi Belum Benar-benar Berkurang
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan kurva pandemi COVID-19 di Jakarta sudah melandai. Namun dia mengatakan kasus Corona belum benar-benar berkurang.
“Perhitungan terakhir dari tim FKM UI menunjukkan bahwa nilai Rt Jakarta tepat di 1,0. Artinya, pandemi melandai, tapi belum benar-benar berkurang,” kata Anies dalam siaran lewat kanal YouTube Pemprov DKI Jakarta, Sabtu (14/8/2021).

Dia memaparkan soal Rt atau angka reproduksi efektif yang menjadi indikator tingkat keluasan penularan virus Corona. Semakin tinggi angka Rt di atas 1, artinya virus semakin cepat dan luas menular.
Bila Rt tepat di angka 1, artinya penularan virus Corona melandai dan konstan. Bila Rt berangka di bawah 1, artinya pandemi terkendali.
“Karena itu, kita harus berikhtiar ekstra. Masih ada risiko putar balik atau naik lagi,” kata Anies.
Di masa-masa sebelumnya, Rt Jakarta juga pernah turun namun naik lagi. Kini Rt Jakarta turun lagi. Ini harus dijaga supaya Rt bisa mencapai di bawah angka 1. Caranya adalah mengendalikan aktivitas warga.
“Bila mobilitas penduduk Jakarta tiba-tiba kembali tinggi, angka reproduksinya akan meningkat lagi. Ini harus kita jaga. Momentum penurunan nilai Rt ini harus terus dilanjutkan,” kata Anies.
